Dalam diri manusia, ada sesuatu yang terus meminta dan jarang memberi, yaitu nafsu. Jika kita tidak memahaminya, nafsu akan menguasai hidup kita. Nafsu bisa membuat kita rakus, serakah, dan tidak tahu batas. Tapi ingat, nafsu bukan musuh yang harus dihancurkan. Yang penting adalah bagaimana kita mampu mengendalikannya. Seperti air yang bisa mengairi sawah atau menenggelamkan rumah, tergantung bagaimana kita mengaturnya.
Imam al-Bushiri dalam Qashidah Burdah membuatkan syair, yang kira-kira isinya adalah nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan tetap menyusu, ia menjadi dewasa dan besar. Namun bila kau sapih, nafsu juga akan berhenti. Maka kendalikanlah nafsumu, jangan biarkan menguasai dirimu, ia akan membuatmu tercela. Tundukkanlah nafsumu sebagaimana penggembala menuntun hewan piaraannya. Bila ia mulai jinak dalam kebaikan, jangan lalai.
Menyapih nafsu adalah seni tertinggi dari kebijaksanaan. Bukan berarti mematikan rasa, melainkan menempatkan rasa pada tempatnya. Tidak semua yang enak itu baik. Lihatlah gajih yang menempel pada daging: lezat, tetapi menyimpan bahaya. Begitu juga nafsu; ada kenikmatan yang mengantar pada kehancuran, ada pengekangan yang justru membawa keselamatan.
كَمْ حَسّنَتْ لَذّةً لِلْمَـــــــرْءِ قَاتِلَةً ۞ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنّ السَّمَّ فِي الدَّسَمِ
Betapa banyak kematian menyamar dalam rupa kenikmatan. Lihat… di balik lembut seratnya, ada lemak yg membahayakan bersembunyi di baliknya.
Kita hidup di zaman di mana segala keinginan bisa terpenuhi dalam sekejap. Klik, scroll, bayar. Tapi bukan itu yang membuat jiwa tenang. Justru sering kali, manusia modern kehilangan damai karena ia terlalu sering menuruti apa yang sebenarnya tidak dibutuhkannya.
Kita lupa bahwa rasa cukup bukan berasal dari apa yang kita miliki, tapi dari apa yang mampu kita kendalikan. Kebahagiaan sejati tidak hadir dari menuruti semua keinginan, tetapi dari keberanian menolaknya ketika ia menyesatkan. Mari belajar menyapih nafsu. Tidak untuk membenci dunia, tapi agar kita tidak dibutakan olehnya.
Comments
Post a Comment